Translate

Minggu, 09 Juni 2013

1001 Manfaat Vitamin E untuk Seksualitas Pria

detail berita
Konsumsi vitamin (Foto: google)
BANYAK masalah kesehatan seksual yang dialami pria. Mulai dari disfungsi ereksi, jumlah sperma, atau dorongan seksual yang menurun. Namun, Anda bisa melakukan pencegahan dari gangguan seksual tersebut dengan mengonsumsi vitamin E secara rutin.

Suplemen vitamin E dapat membantu menjaga kesehatan seksual Anda. Ada banyak manfaat yang bisa Anda peroleh dari mengonsumsi vitamin E secara rutin. Pada sebuah penelitian, para peserta yang mengonsumsi 400 mg vitamin E menunjukkan perbaikan dalam motilitas sperma yang berdampak langsung terhadap kesuburan pria, demikian yang dilansir Livestrong.

Konsumsi vitamin E juga dapat membantu meningkatkan gairah seks Anda. Pria yang mengonsumsi makanan dengan vitamin E membantu meningkatkan kadar testosteron dalam tubuh. Tanpa testosteron yang cukup, stamina seksual dan gairah Anda akan menurun.

Vitamin E juga membantu para pria yang tinggal di perkotaan yang rentan akan radikal bebas. Radikal bebas dikenal dapat merusak kualitas sperma. Vitamin E membantu tubuh untuk mencegah kerusakan pada sperma dan meningkatkan jumlah sperma dalam tubuh Anda. Konsultasikan dengan dokter Anda untuk mendapat dosis tepat dari vitamin E.

Manfaat dan Efek Samping Vitamin C dan Kolagen

Kolagen adalah protein yang berfungsi seperti lem, merekatkan sel – sel kulit tulang dan otot sehingga luka, patah tulang dan memar cepat sembuh. 
Jika asupan vitamin C kurang, pembentukan kolagen terganggu sehingga sel-sel tak bisa saling melekat. Timbul sariawan, kulit pecah-pecah, gigi goyah, gusi berdarah, pembuluh darah bocor, luka sukar sembuh, rentan infeksi, hingga tulang menipis. Pada pria, dampak lanjut kekurangan vitamin C adalah menurunnya kesuburan dan meningkatnya resiko kerusakan gen pada sperma yang dapat menyebabkan cacat pada bayi.
Namun fungsi vitamin C tak hanya itu. Ada lebih dari 300 fungsi vitamin C di dalam tubuh. Fungsi dasar vitamin C adalah meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit serta membantu penyembuhan penyakit sehingga tubuh bisa lebih fit. Selain itu fungsi yang utama dari vitamin C adalah sebagai antioksidan, yakni menetralkan racun dan radikal bebas di dalam darah maupun cairan sel tubuh. Dengan cara ini, vitamin C dapat mencegah terjadinya oksidasi kolesterol LDL dan mencegah tersumbatnya pembuluh darah sehingga tak menyebabkan hipertensi dan penyakit jantung.
Juga menjaga kesehatan paru-paru karena menetralkan radikal bebas yang masuk melalui saluran pernafasan. Vitamin C juga meningkatkan fungsi sel – sel darah putih yang dapat melawan infeksi sehingga menyembuhkan flu lebih cepat 1-1,5 hari, membantu mengaktifkan asam folat (salah satu vitamin B), meningkatkan penyerapan zat besi sehingga mencegah anemia, meregenerasi vitamin E sehingga bisa dipakai lagi sebagai anti oksidan.
Vitamin C tersedia dalam berbagai bentuk. Baik vitamin C alami maupun sintetik, asal keduanya berbentuk L-ascorbic acid dan tidak memiliki perbedaan kinerja. Bentuk-bentuk vitamin C:
Asam ascorbat (L-ascorbic acid).
Ini adalah jenis vitamin C yang digunakan tubuh. Meski bersifat asam, kekuatan asamnya jauh lebih rendah dibanding asam lambung. Jenis vitamin C ini juga lebih murah dibanding bentuk vitamin C lainnya.
Garam askorbat.
Sifat asam vitamin C dinetralkan oleh garam sodium atau kalsium sehingga dianggap lebih aman bagi lambung. Dalam 1000 mg sodium askorbat terkandung 131 dan 1 14 mg vitamin C.
Vitamin C dengan bioflavonoid.
Bioflavonoid adalah zat warna tanaman yang biasanya ditemukan dalam buah atau sayur yang kaya akan vitamin C. Meski bioflavonoid mempunyai sifat antioksidan, baru sedikit penelitian yang menunjukkan bahwa kombinasinya   dengan   vitamin C dapat meningkatkan fungsi vitamin C.

Askorbat dan metabolit vitamin C

Mengandung kalsium askorbat ditambah sedikit  dehidroaskorbat (asam askorbat yang teroksidasi) dan bahan lain. Meski tujuannya untuk meningkatkan kerja vitamin C, penelitian pada manusia tidak menunjukkan perbedaan dengan asam askorbat.
Askorbil palmitat
Yakni vitamin C yang diesterifikasi dengan asam palmitat (asam lemak). Sering ditambahkan dalam krim kulit untuk memanfaatkan sifat antioksidannya. Askorbil palmitat juga tersedia untuk suplemen minum dan sering disebut vitamin C ester. Namun ini berbeda dengan ester-C yang masuk kategori askorbat dengan metabolit vitamin C.
Kebutuhan harian yang disarankan untuk vitamin C adalah: Bayi (0-6 bulan) 40 mg, bayi (7-12 bulan) 50 mg, anak (1-3 tahun) 15 mg, anak (4-8 tahun) 25 mg, anak (9-13 tahun) 45 mg, remaja pria/wanita (14-18 tahun) 75 mg/65 mg, dewasa pria/wanita 90 mg/75 mg, ibu hamil 85 mg, ibu menyusui 120 mg dan kebutuhan untuk perokok 35 mg/hari lebih tinggi dibanding non perokok. Sel – sel tubuh menjadi jenuh oleh vitamin C pada dosis 4000 mg per hari. Jadi konsumsi di atas dosis ini tidak memberikan manfaat tambahan.
Cara Pemberian Vitamin C
Berbagai macam cara pemberian vitamin C adalah dengan mengkonsumsi secara oral (tablet, sirup, effervescent) dan secara suntikan (intravena dan intramuskular). Khusus untuk kulit, vitamin C yang disuntikkan hasilnya jauh lebih nyata dibanding yang dikonsumsi secara oral. Itulah sebabnya, saat ini suntik vitamin C makin banyak dilirik oleh para wanita yang menginginkan kulit terlihat lebih cerah dan kenyal. Bahkan terapi ini juga bisa membantu penyembuhan penyakit.
Ada dua cara menyuntik yang kerap dilakukan yaitu dengan intravena dan intramuskular. Untuk suntik vitamin C, cara yang lebih efektif dan aman adalah intravena. Selain itu penyuntikan melalui pembuluh darah (intravena) tidak terlalu menyakitkan dibandingkan penyuntikan ke otot (intramuskular). Penyuntikan ke pembuluh darah dilakukan dilekukan siku bagian dalam seperti ketika melakukan pengambilan darah untuk tes laboratorium atau donor darah.
Banyak kelebihan dari suntik vitamin C ini dibanding konsumsi oral. Secara logis saja bisa diketahui bahwa kelebihannya, dengan disuntikkan penyerapan vitamin C lebih baik karena langsung mengikuti peredaran darah. Sedangkan vitamin C bentuk suplemen harus melewati saluran pencernaan dulu baru bisa diedarkan ke darah. Selain itu, faktor makanan juga mempengaruhi penyerapan di lambung. Dosis penyuntikan tergantung dari tujuan serta kondisi saat itu, biasanya dosis yang diberikan 1-4 gr persuntik. Sebaiknya penyuntikan rutin dilakukan seminggu sekali atau dua kali. Setelah 8-10 kali penyuntikan, biasanya manfaaatnya sudah dapat dirasakan.
Efek Samping
Meskipun vitamin C larut dalam air yang mana bila asupannya berlebihan dapat dikeluarkan secara otomatis melalui urin tapi vitamin C juga memiliki efek samping bila dikonsumsi dengan dosis yang tidak tepat. Balita tak boleh mengkonsumsi lebih dari 400 mg karena bisa diare. Orang dewasa tak boleh mengkonsumsi lebih dari 2000 mg sehari karena selain dapat menyebabkan maag juga dapat mengganggu kerja ginjal.
Efek samping suntik vitamin C yang ditakutkan adalah terjadinya batu ginjal. Pada seseorang yang memiliki keturunan penyakit ini, vitamin C yang berlebih dapat mengendap menjadi kristal apalagi bila orang tersebut kurang minum air putih tiap harinya. Gejala yang dirasakan pada pengidap batu ginjal adalah rasa pegal dan sakit di daerah pinggang. Bila timbul gejala ini setelah penyuntikan vitamin C maka harus segera dihentikan pemberian vitamin C. Sebaiknya juga seseorang yang terbukti memiliki keturunan penyakit batu ginjal tidak melakukan penyuntikan vitamin C.
Pengidap maag juga harus hati-hati, karena vitamin C yang bersifat asam maka sebaiknya konsumsi vitamin C dianjurkan untuk makan terlebih dahulu untuk menghindari rasa perih di daerah lambung.
Banyak manfaat yang dapat diambil bila mengkonsumsi vitamin C, tapi yang harus perlu diingat bahwa mengkonsumsi vitamin C bukan merupakan terapi utama tetapi merupakan terapi penunjang. Harus berhati-hati mengkonsumsi vitamin C bila mempunyai riwayat penyakit maag dan batu ginjal karena dapat memperberat penyakit ini.

Sumber : http://www.analisadaily.com

HERPES GENITALIS : PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Herpes genital merupakan penyakit infeksi akut pada genital dengan gambaran khas berupa vesikel berkelompok pada dasar eritematosa, dan cenderung bersifat rekuren. Umumnya disebabkan oleh herpes simpleks virus tipe 2 (HSV-2), tetapi sebagian kecil dapat pula oleh tipe 1.
Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV yaitu : HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes genital. Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenai daerah genital.
HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan infeksi pada neonatus. Komplikasi tersebut menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli, seperti : ahli penyakit kulit dan kelamin, ahli kandungan, ahli mikrobiologi dan lain sebagainya. Infeksi primer oleh HSV lebih berat dan mempunyai riwayat yang berbeda dengan infeksi rekuren. Setelah terjadinya infeksi primer virus mengalami masa laten atau stadium dorman, dan infeksi rekuren disebabkan oleh reaktivasi virus dorman ini yang kemudian menimbulkan kelainan pada kulit. Infeksi herpes simpleks fasial-oral rekuren atau herpes labialis dikenali sebagai fever blister atau cold sore dan ditemukan pada 25-40% dari penderita Amerika yang telah terinfeksi. Herpes simpleks fasial-oral biasanya sembuh sendiri. Tetapi pada penderita dengan imunitas yang rendah, dapat ditemukan lesi berat dan luas berupa ulkus yang nyeri pada mulut dan esofagus.
Perjalanan Penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan. Umumnya kelainan klinis/keluhan utama adalah timbulnya sekumpulan vesikel pada kulit atau mukosa dengan rasa terbakar dan gatal pada tempat lesi, kadang-kadang disertai gejala konstitusi seperti malaise, demam, dan nyeri otot.
Diagnosis herpes genital secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisisk jika gejalanya khas dan pemeriksaan laboratorium.
Pengobatan dari herpes genital secara umum bisa dengan menjaga kebersihan lokal, menghindari trauma atau faktor pencetus. Adapun obat-obat yang dapat menangani herpes genital adalah asiklovir, valasiklovir, famsiklovir.
Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa.
Kematian oleh infeksi HSV jarang terjadi. Infeksi inisial dini yang segera diobati mempunyai prognosis lebih baik, sedangkan infeksi rekuren hanya dapat dibatasi frekuensi kambuhnya. Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya penyakit-penyakit dengan tumor di sistem retikuloendotelial, pengobatan dengan imunosupresan yang lama, menyebabkan infeksi ini dapat menyebar ke alat-alat dalam dan fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa. Terapi antivirus efektif menurunkan manifestasi klinis herpes genitalis.
Herpes Genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah di sekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks.
Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2.
HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan ke bagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata).
Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara seksual (misalnya sifilis atau cangkroid).

Kejadian penyakit ini sangat cepat akhir-akhir ini. Penyakit ini tak dapat diberantas secara tuntas dan sering kumat-kumatan, dan dapat menimbulkan komplikasi pada saat hamil dan persalinan. Herpes genitalis disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 dan tipe 2.
  • tipe 1 : keganasan rendah, menyerang terutama sekitar mulut
  • tipe 2 : ganas, menyerang alat kelamin
  • penyebab : virus Herpes Simpleks
  • perantara : manusia, bahan yang tercemar virus
  • tempat virus keluar : penis, vagina, anus, mulut
  • cara penularan : kontak langsung
  • tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut
Pada wanita penyakit ini biasanya tanpa gejala, tapi dapat menularkan penyakit. Penularan hampir selalu terjadi melalui hubungan seksual. masa inkubasi 3-5 hari, kemudian pada daerah kemaluan timbul gerombolan vesikel, di atas kulit kemerahan dan dirasakan nyeri, bila pecah meninggalkan bekas. Sering disertai pembesaran kelenjar yang nyeri. Penyakit sembuh dalam 2-3 minggu. Penyakit sering kumat, timbul pada tempat yang sama dan biasanya lebih ringan dari gejala infeksi pertama. Faktor yang mempengaruhi kekambuhan biasanya adalah kelelahan fisik dan stress mental, atau infeksi sistemik lainnya. Hubungan seksual yang berlebihan dengan banyak pasangan meningkatkan kemungkinan berhubungan dengan orang yang sudah kena. Komplikasi pada wanita hamil dapat ditularkan melalui ari-ari atau pada saat melahirkan, dapat menyebabkan keguguran, kematian janin atau cacad permanen. Di samping itu, dapat pula menyebabkan kanker serviks.
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi.
Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng.
Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri.
Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut.
Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar.
Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan.
Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum.
Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV), luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir.
Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di sekitarnya, karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit.
HSV-2 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf wajah dan menyebabkan fever blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan penyakit di kedua daerah tersebut.
Infeksi awal oleh salah satu virus akan memberikan kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu berat.
Infeksi awal dari 63% HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik. Simptom dari infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi awal) simptom khas muncul antara 3 hingga 9 hari setelah infeksi, meskipun infeksi asimptomatik berlangsung perlahan dalam tahun pertama setelah diagnosa di lakukan pada sekitar 15% kasus HSV-2. Inisial episode yang juga merupakan infeksi primer dapat berlangsung menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-2 agak susah dibedakan.
Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha. Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi.(6,15)
Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai berikut : (1,4,6,12)
- Nyeri dan disuria
- Uretral dan vaginal discharge
- Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)
- Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal
- Nyeri pada rektum, tenesmus
Tanda :
- Eritem, vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta tergantung pada tingkat infeksi.
- Limfadenopati inguinal
- Faringitis
- Cervisitis
a. Herpes genital primer
Infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual (termasuk hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan biasanya setengah dari kasus tidak menampakkan gejala. Erupsi dapat didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan salah diagnosis sebagai influenza. Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem dan berkembang menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering pada glans penis, preputium, dan frenulum, korpus penis lebih jarang terlihat.(1)
b. Herpes genital rekuren
Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu bila ada faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi primer. Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam, gangguan pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan beberapa kasus sukar diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus dapat menjadi aktif dan menyebabkan outbreaks beberapa kali dalam setahun. HSV berdiam dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka akan bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat timbul luka di tempat terjadinya outbreaks(1,4,12)
Mengenai gambaran klinis dari herpes progenitalis : gejaia klinis herpes progenital dapat ringan sampai berat tergantung dari stadium penyakit dan imunitas dari pejamu. Stadium penyakit meliputi :
Infeksi primer ? stadium laten ? replikasi virus ? stadium rekuren. (9)
Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan status imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang belum punya kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV -2, yang biasanya menjadi lebih berat, dengan gejala dan tanda sistemik dan sering menyebabkan komplikasi. (3,5)
Berbagai macam manifestasi klinis:(5,7)
1. infeksi oro-fasial
2. infeksi genital
3. infeksi kulit lainnya
4. infeksi okular
5. kelainan neurologist
6. penurunan imunitas
7. herpes neonatal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah Tes Tzank diwarnai dengan pengecatan giemsa atau wright, akan terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan ini umumnya rendah. Cara pemeriksaan laboratorium yang lain adalah sebagai berikut.
A. Histopatologis
Vesikel herpes simpleks terletak intraepidermal, epidermis yang terpengaruh dan inflamasi pada dermis menjadi infiltrat dengan leukosit dan eksudat sereus yang merupakan kumpulan sel yang terakumulasi di dalam stratum korneum membentuk vesikel.(1)
B. Pemeriksaan serologis ( ELISA dan Tes POCK )
Beberapa pemeriksaan serologis yang digunakan:
1. ELISA mendeteksi adanya antibodi HSV-1 dan HSV-2.
2. Tes POCK untuk HSV-2 yang sekarang mempunyai sensitivitas yang tinggi.
C. Kultur virus
Kultur virus yang diperoleh dari spesimen pada lesi yang dicurigai masih merupakan prosedur pilihan yang merupakan gold standard pada stadium awal infeksi. Bahan pemeriksaan diambil dari lesi mukokutaneus pada stadium awal (vesikel atau pustul), hasilnya lebih baik dari pada bila diambil dari lesi ulkus atau krusta. Pada herpes genitalis rekuren hasil kultur cepat menjadi negatif, biasanya hari keempat timbulnya lesi, ini terjadi karena kurangnya pelepasan virus, perubahan imun virus yang cepat, teknik yang kurang tepat atau keterlambatan memproses sampel. Jika titer dalam spesimen cukup tinggi, maka hasil positif dapat terlihat dalam waktu 24-48 jam.

DIAGNOSIS
Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda dihubungkan dengan HSV-2. diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisis jika gejalanya khas dan melalui pengambilan contoh dari luka (lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium. Tes darah yang mendeteksi HSV-1 dan HSV-2 dapat menolong meskipun hasilnya tidak terlalu memuaskan. Virus kadangkala, namun tak selalu, dapat dideteksi lewat tes laboratorium yaitu kultur. Kultur dikerjakan dengan menggunakan swab untuk memperoleh material yang akan dipelajari dari luka yang dicurigai sebagai herpes.(1,11,12)
Pada stadium dini erupsi vesikel sangat khas, akan tetapi pada stadium yang lanjut tidak khas lagi, penderita harus dideteksi dengan kemungkinan penyakit lain, termasuk chancroid dan kandidiasis. Konfirmasi virus dapat dilakukan melalui mikroskop elektron atau kultur jaringan. Komplikasi yang timbul pada penyakit herpes genitalis anatara lain neuralgia, retensi urine, meningitis aseptik dan infeksi anal. Sedangkan komplikasi herpes genitalis pada kehamilan dapat menyebabkan abortus pada kehamilan trimester pertama, partus prematur dan pertumbuhan janin terhambat pada trimester kedua kehamilan dan pada neonatus dapat terjadi lesi kulit, ensefalitis, makrosefali dan keratokonjungtivitis. Herpes genital primer HSV 2 dan infeksi HSV-1 ditandai oleh kekerapan gejala lokal dan sistemik prolong. Demam, sakit kepala, malaise, dan mialgia dilaporkan mendekati 40 % dari kaum pria dan 70% dari wanita dengan penyakit HSV-2 primer. Berbeda dengan infeksi genital episode pertama, gejala, tanda dan lokasi anatomi infeksi rekuren terlokalisir pada genital

PENGOBATAN
  • Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan.
  • Jumlah serangan bisa dikurangi dengan terus menerus mengkonsumsi obat anti-virus dosis rendah. Pengobatan akan efektif jika dimulai sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah timbulnya gejala.
    Asikovir atau obat anti-virus lainnya bisa diberikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung ke luka herpes.
  • Obat ini mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka sehingga mengurangi resiko penularan. Obat ini juga bisa meringankan gejala pada fase awal. Tetapi pengobatan dini pada serangan pertama tidak dapat mencegah kambuhnya penyakit ini.’
  • Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :
    - menjaga kebersihan lokal
    - menghindari trauma atau faktor pencetus.
  • Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi.(14)
  • Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah 12)
    - Asiklovir (Zovirus)
    - Famsiklovir
    - Valasiklovir (Valtres)
  • Asiklovir
    Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan.(4,5)
  • Valasiklovir
    Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 54%.oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.
  • Famsiklovir
    Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2. Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan timidin kinase virus untuk fosforilase menjadi monofosfat dan sering terjadi resistensi silang dengan asiklovir. Waktu paruh intrasel pensiklovir lebih panjang daripada asiklovir (>10 jam) sehingga memiliki potensi pemberian dosis satu kali sehari.
    Absorbsi peroral 70% dan dimetabolisme dengan cepat menjadi pensiklovir. Obat ini di metabolisme dengan baik.
  • Herpes genitalis adalah kondisi umum terjadi yang dapat membuat penderitanya tertekan. Pada penelitian in vitro  serta penelitian in vivo, povidone iodine terbukti merupakan agen efektif melawan virus tersebut, mendapatkan hasil memuaskan secara klinis dari povidone iodine dalam larutan aqua untuk mengobati herpes genital. 
  •  CDC (Center For Disease Control and Prevention), merekomendasikan penanganan supresif bagi herpes genital untuk orang yang mengalami enam kali atau lebih outbreak per tahun.
  • Beberapa ahli kandungan mengambil sikap partus dengan cara sectio caesaria bila pada saat melahirkan diketahui ibu menderita infeksi ini. Tindakan ini sebaiknya dilakukan sebelum ketuban pecah atau paling lambat 6 jam setelah ketuban pecah. Pemakaian asiklovir pada ibu hamil tidak dianjurkan.
  • Sejauh ini pilihan sectio caesaria itu cukup tinggi dan studi yang dilakukan menggarisbawahi apakah penggunaan antiviral rutin efektif menurunkan herpes genital yang subklinis, namun
KOMPLIKASI
  •  Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada orang dewasa. Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak bekerja baik, bisa terjadi outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung parah dalam waktu yang lama. Orang dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi herpes pada mata yang disebut herpes okuler. Herpes okuler biasanya disebabkan oleh HSV-1 namun terkadang dapat juga disebabkan HSV-
  • Herpes dapat menyebabkan penyakit mata yang serius termasuk kebutaan.
    Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang lahir dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau mata. Bila pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini perlu mendapat perhatian serius karena virus dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup menderita cacat neurologis atau kelainan pada mata.
PENCEGAHAN
  • Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada daerah yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang berisi surfaktan nonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di samping itu yang terbaik, jangan melakukan kontak oral genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral.
Pencegahan
  • Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.
  • Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes genitalis dan PMS lainnya untuk mengurangi transmisi penularan.
  • Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up dengan tepat.
  • Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi.
  • Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan dalam pencegahan.











REFERENSI
  • Corey L, Wald A, Genital herpes. In Sexually Transmitted Disease, Holmes K.K, Mardh PA, Sparling PF, Lemon SM, Stamn WE, Piot P, etc (ed) Third edition 2000. New York:McGraw-Hill, p 285-305.
  • About genital herpes; what is genital herpes?[online].2006.[cited 18 Dec 2006].[3] available from URL http://www.FAMVIR.com.
  • Herpes genital, Female herpes picture, [online].[cited 12 Dec 2006];[5 screens]. Available from http://www.herpes-coldsores-treatment-picture.com
Powered By Blogger