Herpes genital merupakan penyakit infeksi
akut pada genital dengan gambaran khas berupa vesikel berkelompok pada
dasar eritematosa, dan cenderung bersifat rekuren. Umumnya disebabkan
oleh herpes simpleks virus tipe 2 (HSV-2), tetapi sebagian kecil dapat
pula oleh tipe 1.
Herpes genitalis merupakan infeksi pada
genital dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar
eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat genital dan
sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV yaitu :
HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes genital. Infeksi
HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menyebabkan
rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai
mulut dan tipe 2 mengenai daerah genital.
HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit,
mulai dari ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis,
penyakit kelamin dan infeksi pada neonatus. Komplikasi tersebut menjadi
bahan pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli, seperti : ahli
penyakit kulit dan kelamin, ahli kandungan, ahli mikrobiologi dan lain
sebagainya. Infeksi primer oleh HSV lebih berat dan mempunyai riwayat
yang berbeda dengan infeksi rekuren. Setelah terjadinya infeksi primer
virus mengalami masa laten atau stadium dorman, dan infeksi rekuren
disebabkan oleh reaktivasi virus dorman ini yang kemudian menimbulkan
kelainan pada kulit. Infeksi herpes simpleks fasial-oral rekuren atau
herpes labialis dikenali sebagai fever blister atau cold sore dan
ditemukan pada 25-40% dari penderita Amerika yang telah terinfeksi.
Herpes simpleks fasial-oral biasanya sembuh sendiri. Tetapi pada
penderita dengan imunitas yang rendah, dapat ditemukan lesi berat dan
luas berupa ulkus yang nyeri pada mulut dan esofagus.
Perjalanan Penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan. Umumnya
kelainan klinis/keluhan utama adalah timbulnya sekumpulan vesikel pada
kulit atau mukosa dengan rasa terbakar dan gatal pada tempat lesi,
kadang-kadang disertai gejala konstitusi seperti malaise, demam, dan
nyeri otot.
Diagnosis herpes genital secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala
khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat
rekuren. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisisk
jika gejalanya khas dan pemeriksaan laboratorium.
Pengobatan dari herpes genital secara umum bisa dengan menjaga
kebersihan lokal, menghindari trauma atau faktor pencetus. Adapun
obat-obat yang dapat menangani herpes genital adalah asiklovir,
valasiklovir, famsiklovir.
Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa.
Kematian oleh infeksi HSV jarang terjadi.
Infeksi inisial dini yang segera diobati mempunyai prognosis lebih baik,
sedangkan infeksi rekuren hanya dapat dibatasi frekuensi kambuhnya.
Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya penyakit-penyakit dengan
tumor di sistem retikuloendotelial, pengobatan dengan imunosupresan yang
lama, menyebabkan infeksi ini dapat menyebar ke alat-alat dalam dan
fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia
seperti pada orang dewasa. Terapi antivirus efektif menurunkan
manifestasi klinis herpes genitalis.
Herpes Genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah di sekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks.
Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2.
HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1
biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut
bisa menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan
(terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan ke bagian tubuh lainnya
(misalnya permukaan mata).
Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa
penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang
ditularkan secara seksual (misalnya sifilis atau cangkroid).
Kejadian penyakit ini sangat cepat
akhir-akhir ini. Penyakit ini tak dapat diberantas secara tuntas dan
sering kumat-kumatan, dan dapat menimbulkan komplikasi pada saat hamil
dan persalinan. Herpes genitalis disebabkan oleh virus herpes simpleks
tipe 1 dan tipe 2.
- tipe 1 : keganasan rendah, menyerang terutama sekitar mulut
- tipe 2 : ganas, menyerang alat kelamin
- penyebab : virus Herpes Simpleks
- perantara : manusia, bahan yang tercemar virus
- tempat virus keluar : penis, vagina, anus, mulut
- cara penularan : kontak langsung
- tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut
Pada wanita penyakit ini biasanya tanpa gejala, tapi dapat menularkan
penyakit. Penularan hampir selalu terjadi melalui hubungan seksual.
masa inkubasi 3-5 hari, kemudian pada daerah kemaluan timbul gerombolan
vesikel, di atas kulit kemerahan dan dirasakan nyeri, bila pecah
meninggalkan bekas. Sering disertai pembesaran kelenjar yang nyeri.
Penyakit sembuh dalam 2-3 minggu. Penyakit sering kumat, timbul pada
tempat yang sama dan biasanya lebih ringan dari gejala infeksi pertama.
Faktor yang mempengaruhi kekambuhan biasanya adalah kelelahan fisik dan
stress mental, atau infeksi sistemik lainnya. Hubungan seksual yang
berlebihan dengan banyak pasangan meningkatkan kemungkinan berhubungan
dengan orang yang sudah kena. Komplikasi pada wanita hamil dapat
ditularkan melalui ari-ari atau pada saat melahirkan, dapat menyebabkan
keguguran, kematian janin atau cacad permanen. Di samping itu, dapat
pula menyebabkan kanker serviks.
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi.
Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan
muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan
kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka
yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan
membentuk keropeng.
Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri.
Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut.
Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar.
Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas
dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan
tidak enak badan.
Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian
penis, termasuk kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di
vulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui
anus, maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum.
Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi
HIV), luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama beberapa minggu atau lebih dan
resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir.
Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di
sekitarnya, karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan kembali
aktif untuk kembali menginfeksi kulit.
HSV-2 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1
mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf wajah dan menyebabkan
fever blister atau
herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan penyakit di kedua daerah tersebut.
Infeksi awal oleh salah satu virus akan memberikan kekebalan parsial
terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu
berat.
Infeksi awal dari 63% HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik.
Simptom dari infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat
infeksi awal) simptom khas muncul antara 3 hingga 9 hari setelah
infeksi, meskipun infeksi asimptomatik berlangsung perlahan dalam tahun
pertama setelah diagnosa di lakukan pada sekitar 15% kasus HSV-2.
Inisial episode yang juga merupakan infeksi primer dapat berlangsung
menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-2 agak susah dibedakan.
Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis,
atau di daerah anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di
skrotum, bokong atau paha. Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah
infeksi.(6,15)
Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu
setelah orang terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa
minggu. Adapun gejalanya sebagai berikut : (1,4,6,12)
- Nyeri dan disuria
- Uretral dan vaginal discharge
- Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)
- Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal
- Nyeri pada rektum, tenesmus
Tanda :
- Eritem, vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta tergantung pada tingkat infeksi.
- Limfadenopati inguinal
- Faringitis
- Cervisitis
a. Herpes genital primer
Infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual
(termasuk hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah
interval yang lama dan biasanya setengah dari kasus tidak menampakkan
gejala. Erupsi dapat didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan
salah diagnosis sebagai influenza. Lesi berupa papul kecil dengan dasar
eritem dan berkembang menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi
superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering pada glans penis,
preputium, dan frenulum, korpus penis lebih jarang terlihat.(1)
b. Herpes genital rekuren
Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu
waktu bila ada faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan
multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di
dalam hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul
dan gejala tidak seberat infeksi primer. Faktor pencetus antara lain:
trauma, koitus yang berlebihan, demam, gangguan pencernaan, kelelahan,
makanan yang merangsang, alkohol, dan beberapa kasus sukar diketahui
penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus dapat menjadi aktif dan
menyebabkan outbreaks beberapa kali dalam setahun. HSV berdiam dalam sel
saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka akan
bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat
timbul luka di tempat terjadinya outbreaks(1,4,12)
Mengenai gambaran klinis dari herpes progenitalis : gejaia klinis herpes
progenital dapat ringan sampai berat tergantung dari stadium penyakit
dan imunitas dari pejamu. Stadium penyakit meliputi :
Infeksi primer ? stadium laten ? replikasi virus ? stadium rekuren. (9)
Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan
status imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang
yang belum punya kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV -2, yang
biasanya menjadi lebih berat, dengan gejala dan tanda sistemik dan
sering menyebabkan komplikasi. (3,5)
Berbagai macam manifestasi klinis:(5,7)
1. infeksi oro-fasial
2. infeksi genital
3. infeksi kulit lainnya
4. infeksi okular
5. kelainan neurologist
6. penurunan imunitas
7. herpes neonatal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah Tes Tzank diwarnai
dengan pengecatan giemsa atau wright, akan terlihat sel raksasa berinti
banyak. Sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan ini umumnya rendah.
Cara pemeriksaan laboratorium yang lain adalah sebagai berikut.
A. Histopatologis
Vesikel herpes simpleks terletak intraepidermal, epidermis yang
terpengaruh dan inflamasi pada dermis menjadi infiltrat dengan leukosit
dan eksudat sereus yang merupakan kumpulan sel yang terakumulasi di
dalam stratum korneum membentuk vesikel.(1)
B. Pemeriksaan serologis ( ELISA dan Tes POCK )
Beberapa pemeriksaan serologis yang digunakan:
1. ELISA mendeteksi adanya antibodi HSV-1 dan HSV-2.
2. Tes POCK untuk HSV-2 yang sekarang mempunyai sensitivitas yang tinggi.
C
. Kultur virus
Kultur virus yang diperoleh dari spesimen pada lesi yang dicurigai masih
merupakan prosedur pilihan yang merupakan gold standard pada stadium
awal infeksi. Bahan pemeriksaan diambil dari lesi mukokutaneus pada
stadium awal (vesikel atau pustul), hasilnya lebih baik dari pada bila
diambil dari lesi ulkus atau krusta. Pada herpes genitalis rekuren hasil
kultur cepat menjadi negatif, biasanya hari keempat timbulnya lesi, ini
terjadi karena kurangnya pelepasan virus, perubahan imun virus yang
cepat, teknik yang kurang tepat atau keterlambatan memproses sampel.
Jika titer dalam spesimen cukup tinggi, maka hasil positif dapat
terlihat dalam waktu 24-48 jam.
DIAGNOSIS
Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa
vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan
tanda dihubungkan dengan HSV-2. diagnosis dapat ditegakkan melalui
anamnesa, pemeriksaan fisis jika gejalanya khas dan melalui pengambilan
contoh dari luka (lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium. Tes
darah yang mendeteksi HSV-1 dan HSV-2 dapat menolong meskipun hasilnya
tidak terlalu memuaskan. Virus kadangkala, namun tak selalu, dapat
dideteksi lewat tes laboratorium yaitu kultur. Kultur dikerjakan dengan
menggunakan swab untuk memperoleh material yang akan dipelajari dari
luka yang dicurigai sebagai herpes.(1,11,12)
Pada stadium dini erupsi vesikel sangat khas, akan tetapi pada stadium
yang lanjut tidak khas lagi, penderita harus dideteksi dengan
kemungkinan penyakit lain, termasuk chancroid dan kandidiasis.
Konfirmasi virus dapat dilakukan melalui mikroskop elektron atau kultur
jaringan. Komplikasi yang timbul pada penyakit herpes genitalis anatara
lain neuralgia, retensi urine, meningitis aseptik dan infeksi anal.
Sedangkan komplikasi herpes genitalis pada kehamilan dapat menyebabkan
abortus pada kehamilan trimester pertama, partus prematur dan
pertumbuhan janin terhambat pada trimester kedua kehamilan dan pada
neonatus dapat terjadi lesi kulit, ensefalitis, makrosefali dan
keratokonjungtivitis. Herpes genital primer HSV 2 dan infeksi HSV-1
ditandai oleh kekerapan gejala lokal dan sistemik prolong. Demam, sakit
kepala, malaise, dan mialgia dilaporkan mendekati 40 % dari kaum pria
dan 70% dari wanita dengan penyakit HSV-2 primer. Berbeda dengan infeksi
genital episode pertama, gejala, tanda dan lokasi anatomi infeksi
rekuren terlokalisir pada genital
PENGOBATAN
- Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan.
- Jumlah serangan bisa dikurangi dengan terus menerus mengkonsumsi
obat anti-virus dosis rendah. Pengobatan akan efektif jika dimulai
sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah timbulnya gejala.
Asikovir atau obat anti-virus lainnya bisa diberikan dalam bentuk
sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung ke luka herpes.
- Obat ini mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka sehingga
mengurangi resiko penularan. Obat ini juga bisa meringankan gejala pada
fase awal. Tetapi pengobatan dini pada serangan pertama tidak dapat
mencegah kambuhnya penyakit ini.’
- Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes
genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :
- menjaga kebersihan lokal
- menghindari trauma atau faktor pencetus.
- Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal
sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat.
Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya
pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga
terjadi.(14)
- Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan
anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan
membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko
menularnya herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani
herpes genital adalah 12)
- Asiklovir (Zovirus)
- Famsiklovir
- Valasiklovir (Valtres)
- Asiklovir
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam
selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari)
dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi
lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan.(4,5)
- Valasiklovir
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan
hampir lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan
meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 54%.oleh karena itu dosis
oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama
dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan
asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes
genitalis episode awal.
- Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif
menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2. Sama dengan asiklovir, pensiklovir
memerlukan timidin kinase virus untuk fosforilase menjadi monofosfat
dan sering terjadi resistensi silang dengan asiklovir. Waktu paruh
intrasel pensiklovir lebih panjang daripada asiklovir (>10 jam)
sehingga memiliki potensi pemberian dosis satu kali sehari.
Absorbsi peroral 70% dan dimetabolisme dengan cepat menjadi pensiklovir. Obat ini di metabolisme dengan baik.
- Herpes genitalis adalah kondisi umum terjadi yang dapat membuat
penderitanya tertekan. Pada penelitian in vitro serta penelitian in
vivo, povidone iodine terbukti merupakan agen efektif melawan virus
tersebut, mendapatkan hasil memuaskan secara klinis dari povidone iodine
dalam larutan aqua untuk mengobati herpes genital.
- CDC (Center For Disease Control and Prevention), merekomendasikan
penanganan supresif bagi herpes genital untuk orang yang mengalami enam
kali atau lebih outbreak per tahun.
- Beberapa ahli kandungan mengambil sikap partus dengan cara sectio
caesaria bila pada saat melahirkan diketahui ibu menderita infeksi ini.
Tindakan ini sebaiknya dilakukan sebelum ketuban pecah atau paling
lambat 6 jam setelah ketuban pecah. Pemakaian asiklovir pada ibu hamil
tidak dianjurkan.
- Sejauh ini pilihan sectio caesaria itu cukup tinggi dan studi yang
dilakukan menggarisbawahi apakah penggunaan antiviral rutin efektif
menurunkan herpes genital yang subklinis, namun
KOMPLIKASI
- Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan
yang serius pada orang dewasa. Pada sejumlah orang dengan sistem
imunitasnya tidak bekerja baik, bisa terjadi outbreaks herpes genital
yang bisa saja berlangsung parah dalam waktu yang lama. Orang dengan
sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi herpes pada mata yang
disebut herpes okuler. Herpes okuler biasanya disebabkan oleh HSV-1
namun terkadang dapat juga disebabkan HSV-
- Herpes dapat menyebabkan penyakit mata yang serius termasuk kebutaan.
Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang
lahir dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak,
kulit atau mata. Bila pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini
perlu mendapat perhatian serius karena virus dapat melalui plasenta
sampai ke sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan kerusakan atau
kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60%,
separuh dari yang hidup menderita cacat neurologis atau kelainan pada
mata.
PENCEGAHAN
- Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV.
Kondom dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat
terjadi pada daerah yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi
virus. Spermatisida yang berisi surfaktan nonoxynol-9 menyebabkan HSV
menjadi inaktif secara invitro. Di samping itu yang terbaik, jangan
melakukan kontak oral genital pada keadaan dimana ada gejala atau
ditemukan herpes oral.
Pencegahan
- Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.
- Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes genitalis dan PMS lainnya untuk mengurangi transmisi penularan.
- Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up dengan tepat.
- Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi.
- Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan dalam pencegahan.
REFERENSI
- Corey L, Wald A, Genital herpes. In Sexually Transmitted Disease,
Holmes K.K, Mardh PA, Sparling PF, Lemon SM, Stamn WE, Piot P, etc (ed)
Third edition 2000. New York:McGraw-Hill, p 285-305.
- About genital herpes; what is genital herpes?[online].2006.[cited 18 Dec 2006].[3] available from URL http://www.FAMVIR.com.
- Herpes genital, Female herpes picture, [online].[cited 12 Dec 2006];[5 screens]. Available from http://www.herpes-coldsores-treatment-picture.com