Penulisan karya ilmiah dapat dilakukan dengan
langkah-langkah atau prosedur
yang sama, yaitu: (1) merencankan, (2)
menulis, (3) merefleksikan, dan (4)
merevisi (membaca dan menulis kembali).
1. Merencanakan
Sebagai kegiatan yang bersifat kompleks,
menulis memerlukan perencanaan
yang memadai. Dalam proses perencanaan
tulisan, kegiatan berikut sangat
penting diperhatikan oleh setiap penulis.
a.
Mengumpulkan bahan
Hampir semua penulis mengumpulkan segala
sesuatu yang dia perlukan berupa
data, informasi, dan bacaan sebelum menulis.
Tahap seperti inilah yang pada
hakikatnya sebagai tahap pengumpulan bahan
untuk menulis. Sebagaimana
orang yang akan mendirikan sebuah bangunan,
ia akan menyiapkan bahanbahan
dan alat-alat secukupnya untuk membangun
gedung tersebut.
b.
Menentukan tujuan dan bentuk tulisan
Dalam penulisan ilmiah, tujuan dan bentuk
yang dipilih sering ditentukan oleh
situasi. Misalnya, dalam membuat laporan
pengamatan/penelitian, format dan
tujuan laporan mungkin sudah ditentukan oleh
sponsor atau pemberi dana
penelitian. Segala upaya lain untuk
memperluas tujuan yang telah ditentukan
itu pada umumnya cukup bermanfaat.
Menyisihkan waktu untuk menentukan
bentuk tulisan ilmiah yang tepat, bahkan
mempelajari tulisan yang sama ditulis
oleh orang lain atau lembaga lain. Cara
seperti ini dapat menghemat waktu dan
tenaga yang cukup bisa dalam mengerjakan
suatu laporan penelitian bahkan
sampai
mempublikasikannya.
c.
Menentukan pembaca
Pembaca yang berbeda akan memerlukan bacaan
yang berbeda pula. Oleh karena
itu, penulis perlu mengetahui keadaan pembaca
sebaik-baiknya. Apakah pembaca
yang nantinya akan membaca tulisan itu
memiliki pengetahuan cukup banyak
atau sedikit tentang bidang yang ditulis, dan
apa yang diharapkan/diperlukan
pembaca dari informasi tersebut. Singkatnya,
penulis perlu mengetahui apa yang
diinginkan, diperlukan, atau diharapkan oleh
pembaca.
2. Menulis
Bagi kebanyakan penulis yang sudah
profesional, biasanya situasi memaksa mereka
untuk menulis sebelum benar-benar siap.
Penulis yang belum berpengalaman
atau penulis pemula seringkali kurang tepat
dalam memperhitungkan waktu
yang diperlukan untuk mengembangkan ide
menjadi kata-kata yang tersusun
dalam rangkaian kalimat. Dalam penulisan
ilmiah, karena kompleksnya isi dan
terbatasnya waktu, lebih baik menulis dimulai
seawal mungkin, lebih-lebih
penulis sudah mempersiapkan materi sebagai
bahan dasar penulisan, dan paling
akhir menyusun draf untuk mencapai hasil
akhir.
3. Merefleksikan
Teknik atau cara yang sering digunakan oleh
penulis karangan ilmiah sebelum
merangkum karangannya, mereka merefleksikan
apa yang sudah mereka tulis.
Kesempatan ini memungkinkan penulis menemukan
perspektif yang segar
tentang kata-kata yang pada mulanya tampak
sangat betul tetapi kemudian terasa
salah. Penulis perlu bertanya kepada diri
sendiri dengan pertanyaan, misalnya,
apakah tulisan yang dihasilkan benar-benar
akan memenuhi tujuannya? Apakah
tulisan tersebut cocok dengan pembacanya?
Apakah tulisan tersebut sudah
menginformasikan pesan secara cermat?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat
dijawb dengan sungguh-sungguh dan penuh
pertimbangan sehingga diperoleh
jawaban dan perspektif yang lebih baik.
4. Merevisi
Mengerjakan revisi dan membaca kembali
tulisan merupakan langkah yang sangat
penting untuk menhasilkan tulisan yang baik.
Akan tetapi, hal ini seringkali
kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan
langkah-langkah yang lainnya.
Revisi, perbaikan, dan penyempurnaan tulisan
yang dikerjakan secara berhatihati
dan saksama dapat menghasilkan tulisan yang
jelas, terarah, terfokus, dan
sesuai dengan keinginan penulis dan pembaca.
Penulis perlu mencoba merasakan
masalah yang mungkin muncul, dan menuntut
perbaikan dari diri penulisnya
sendiri sehingga tulisan yang dihasilkan
menjadi lebih baik dan layak baca.
Penulis perlu meneliti secara cermat apakah
bukti-bukti yang disampaikan
benar-benar mendukung pernyataan-pernyataan
yang diutarakan? Seberapa
banyak waktu yang harus digunakan oleh
pembaca untuk memahaminya? Segala
sesuatu yang diperkirakan dapat menimbulkan
salah paham agar dihindari dan
dihilangkan dari suatu tulisan ilmiah.
Tulisan ilmiah selalu membawa nama
penulisnya. Oleh karena itu, penulis
sebaiknya tidak terlalu cepat puas dengan apa
yang pernah ditulisnya. Penulis
harus
berupaya agar pembaca tidak sampai salah memahami atau menafsirkan
tulisannya karena tidak jelas arah, fokus,
dan tujuannya. Keefektifan sebuah
tulisan akan tampak dari adanya kesamaan
pemahaman dan interpretasi pembaca
dan
penulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar